Malang (beritajatim.com) – Masa pandemi Covid-19 justru membawa keberuntungan bagi usaha rintisan asal Surabaya, yaitu LN Trans. Startup yang tergabung dalam Ubaya InnovAction Hub (UIH) ini mengawali kegiatannya saat mendapatkan tawaran dari gereja.
“Saat itu, Romo mau mengirimkan hasil panen. Namun, mengalami kendala. Ongkir yang mahal ke daerah Surabaya Barat dan Timur. Nah, saat itu, kami mencoba untuk antarkan hasil panen tersebut,” kata Founder LN Trans, Maria Lystia Candrawati.
Sejak saat itu, LN Trans sudah mulai banyak dikenal oleh klien. Padahal, mereka mengaku tak melakukan strategi marketing sama sekali.
“Banyak kenal klien saat bantu Romo. Jadinya, orang banyak kenal kami dari mulut ke mulut. Kemudian, baru kami mulai promosi menggunakan media sosial instagram hingga stiker,” lanjut dia.
Dalam menjalani bisnisnya, Maria kerap menghadapi berbagai tantangan. Utamanya, berkaitan dengan mental merintis usaha.
“Kami menghadapi klien dengan karakter yang beragam. Ada yang judes, macem-macemlah. Tapi, saya belajar dan berlatih untuk tetap bersikap ramah dan tetap baik,” kata dia.
Selain itu, saat masa awal membangun bisnis, ia juga pernah terlambat mengirim paket.
“Kami sudah menyusun jadwal. Tapi, yang ngambil paketnya telat. Jadi, kami yang harus sabar dan memberikan pengertian kepada klien. Waktu awal-awal kirim paket, kita disuruh taruh paketnya di depan, terus paketnya disemprotin gitu,” papar dia.
Selain itu, bisnis tersebut juga mengajarkan mahasiswi psikologi Ubaya ini untuk menghargai setiap rupiah yang dihasilkan.
“Saya belajar untuk menghargai uang, sekecil apapun, Misalnya, uang Rp 10 ribu itu dapatnya susah,” ujar dia sambil terkekeh.
Pelan tapi pasti, usaha yang dibangun Maria akhirnya mulai banyak dikenal orang. Sehingga, LN Trans bisa menjalin koneksi dengan berbagai relasi.
“Kami bisa bertemu banyak pihak yang sudah berpengalaman di bisnisnya. Sehingga, banyak ilmu yang didapatkan. Sampai akhirnya, ada brand skincare yang langganan pengiriman ke kami,” papar dia.
Tak hanya itu, pelajaran mengenai pengembangan bisnis tersebut juga didapat dari kampusnya, yakni Ubaya.
“UIH memfasilitasi saya dengan program Inkubator Bisnis dan memberikan saya coach praktisi yang mendampingi saya untuk mengembangkan bisnis. Melalui pendampingan dan pendanaan dari program tersebut, akhirnya kegiatan produksi dan omzet kami meningkat, serta sampai hari ini market produk kami menjadi lebih luas dari sebelumnya,” kata dia.
Maria melanjutkan, pengiriman barang yang mulanya hanya di sekitar kawasan Surabaya saja, secara perlahan sudah merambah daerah lain. Saat ini, setidaknya ia memiliki tujuh orang tim yang terlibat.